Ular-naga dalam beberapa mitologi dianggap sebagai lambang air dan dunia bawah," tulis Hariani. Naga juga muncul dalam kisah terkenal, Angling Dharma atau Aridharma. Pada pembuka kisah, Prabu Aridharma yang sedang berburu di hutan memergoki Nagagini bermesraan dengan ular tampar. Nagagini adalah istri gurunya, Raja Naga. MEMPAWAH HUMAS—Guna peningkatan kualitas pelaksanaan Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat (P2W-KSS) di tahun 2012, Tim P2W-KSS Kabupaten Pontianak berencana menggelar rapat evaluasi. Kegiatan ini rencananya akan dilaksanakan di Kamis (22/3) pagi, Aula Atas Kantor Bupati Pontianak. Dansudah setengah tahun juga kita ga ketemu Aku Sedih.. Kamu? Mungkin kamu lupa.. Bukan hanya burung, bahkan ular, kupu-kupu, hingga cacing. Terdengar aneh bukan? Pasti orang yang mendengar berfikir bahwa orang-orang disana menggunakan hal mistis. Bagaimana perjalan Muna? Nantikan di Story Telling : Muna dan Raja Maar (part-2 Suku: Mapute, Mekongga, Landawe, Tolaiwiw, Tolaki, Kabaina, Butung, Muna, Bungku, Buton, Muna, Wolio, dan Bugis. Provinsi Sulawesi Selatan (SULSEL) Ibukota nya adalah Makassar kundalini merupakan bagian dari tubuh manusia yang berbentuk tiga setengah lingkaran, terdapat diantara tulang ekor dan kemaluan di bawah pusar. Bentuknya seperti Simakbeberapa tips dan trik dari ahli cara mengatasi ular masuk ke rumah saat musim penghujan. SUARA.COM Diduga Korupsi Dana Desa Nyaris Setengah Miliar. Pelajar SMA di Muna Barat Jadi Korban Pemerkosaan. Korban diperkosa oleh dua orang pria berinisial EF dan NV. July, 20 2022 arti tanda merah di motor vario 125. Prolog Nama La Ode Wuna bagi masyarakat Maluku khususnya di Pulau Seram, Pulau Manipa, Pulau Sembilan dan sekitarnya sudah tidak asing lagi. Bahkan ada sebagian dari komunitas suku di Maluku Utara menganggap mereka adalah bagian dari keturunan tokoh yang kondisi fisiknya digambarkan setengah bagian atas dari kepala sampai pinggang bewujud manusia, sedangkan sebagiannya lagi dari pinggang kebawah berwujud ular tersebut. Karena bentuk tubuhnya yang didiskripsikan tidak normal itu maka tidak jarang dikatakan bahwa La Ode Wuna adalah sosok mitologi yang absurd dan sulit di cernah dengan logika. Biarpun dianggap sebagai tokoh mitologi, Cerita cerita mengenai asal usul dan sepak terjang La Ode Wuna dikalangan masyarakat Maluku terekam rapi dalam KAPATA- KAPATA. Seperti yang diungkap oleh Geger Riyanto dalam artikelnya yang berjudul “ Bermain-main dengan Kebenaran Sejarah Kontestasi Kedudukan dan Produksi Sosial Narasi Awal Mula “ yang dimuat dalam Jurnal ANTROPOLOGI INDONESIA No. 1 tahun 2016. Dalam artikelnya tersebut, Geger Riyanti menulis bahwa Ada sebuah lukisan di satu desa bernama Pasahari yang menggambarkan Perjanjian Supamaraina. Perjanjian ini menceritakan mengakhiri zaman peperangan di antara kelompok-kelompok dan memungkinkan terwujudnya Seram sebagaimana ia ada sekarang. Pengungkapan Perjanjinan Supamaraina tersebut mengemuka ketika orang-orang diKecamatan Wahai memperdebatkan matarumah atau marga mana yang berhak ikut serta dalampemilihan raja mendatang. Kala perwakilan salah satu marga menceritakan silsilah mereka untukmemperlihatkan leluhurnya mempunyai peranan yang patut dikenang dalam sejarah Wahai, nama La Ode Wuna tercetus . Dia dikatakan sebagai sosok yang memerintah Manusela dan mendirikan Kerajaan Alifuru. Lukisan perjanjian Supamaraina di Desa Pasahari ini meninggalkan kesan yang sangat kuat bahwa sosok La Ode Wuna tergambar di antara leluhur-leluhur orang-orang Seram dan bukanlah sebagai tokoh mitologi yang tidak bisa diterima secara logika tetapi tokoh nyata yang di ceritakan sedemikian rupa dengan bumbu-bumbu mitos untuk tujuan meneguhkan kewibawaannya dan kekuasaan tokoh yang diceritakan. Pada tahun 2008, untuk pertama kalinya penulis mendapatkan cerita tentang La Ode Wuna di Kepulauan Maluku. Adalah Willy Manusela yang mengaku sebagai putera Pulau Seram menulis dalam blog pribadinya di tentang sosok La Ode Wuna. Dalam tulisan yang diberi judul “ Sejarah Sahulau itu “ dikatakan bahwa Sahulau adalah sebuah kerajaan kuno yang terdapat di wilayah pulau Seram Maluku. Wilayah Sahulau kini merupakan Desa di wilayah pesisir, sedangkan kerajaan tua Negeri Lama yang terletak di puncang gunung kini tidak ada lagi. Sahulau merupakan kelanjutan dari negeri NUNUSAKU sebuah “Negeri yang hilang”. Nunusaku sendiri di percaya masyarakat Maluku sebagai sebuah kerajaan yang menurunkan suku-suku di wilayah Maluku khususnya di Pulau Seram . Nunusaku inilah yang menjadi cikal bakal Alifuru dan menurunkan suku-suku di Maluku khususnya di Pulau Seram. Kerajaan Sahulau salah satu kerajaan Islam yang besar yang ditangani oleh suku bangsa ALUNE dan WEMALE. Kerajaan ini runtuh dan dikuasai oleh Belanda pada 24 Februari 1858 dan selanjutnya masyarakat dipindahkan kedaerah pesisir. Namun masyarakat suku Samasuru tidak mengakui bahwa Sahulau sebagai kelanjutan dari Nunusaku karena Sahulau di pimpin oleh seorang sultan yang bernama La Ode Wuna La Ale. Dalam trdisi Kapata, La Ode Wuna dikisahkan sebagai seorang sakti, namun memiliki tubuh yang tidak sempurna, yakni selain kulitnya bersisik ia juga memiliki tubuh bagaian pinggang ke bawah yang berwujud ular. La Ode Muna sendiri menurut sejarah maupun tutur masyarakat, adalah seorang putra dari kerajaan Muna. Karena kondisi fisiknya itulah yang menjai alasan mengapa masyarakat suku Samasuru menolak eksistensi kerajaan Sahulau sebagai kelanjuta dari Nunusaku. Beberapa tahun kemudian, penulis mendapat pesan melalui inbox media Facebook dari seorang guru di Bekasi yang bernama Alle Rau Pele. Di mengaku sebagai keturunan dari La Ode Wuna yang berasal dari Pulau Manipa. Menurut ceritanya yang dikirim melalui inbox tersebut, sebelum ke Pulau Sembilan kemudian ke Tanjung Sial dan akhirnya ke Pulau Seram, La Ode Wuna terlebih dahulu singga dan menetap di Pulau Manipa. Bahkan di Pulau Manipa ini La Ode Wuna sempat menikahi Puteri Raja yang bernama Warane atau Warang. Kehadiran La Ode Wuna yang memiliki fisik yang tidak sempurna yakni kulitnya bersisik dan sebagian tubuhnya dari pinggang ke bawah yang berwujud ular tidak di senangi oleh penduduk Pulau Manipa. Olehnya itu mereka berusaha untuk mengusirnya. Namun dengan kesaktiannya, upaya untuk mengusir La Ode Wuna itu tidak berhasil. Bahkan akibat upaya pengusiran itu, justru banyak menimbulkan korban dari pihak penduduk local. Untuk menghindari korban yang lebih banyak, akhirnya La Ode Wuna menghindar ke sebuah gunung yang saat ini di kenal sebagi Gunung Rau Pe. Di Gunung itulah La Ode Wuna memulai hidup barunya dan membangun perkampungan. Di tempatnya yang baru itu, La Ode Wuna menunjukan sikap dan ahlak yang baik sehingga dia dapat berinteraksi dengan masyarakat local. Bahkan karena sikap dan ahlaknya yang baik itu serta menunjukan jiwa kepemimpinan, lambat laun masyarakat local yang sebelumnya membencinya berubah menjadi simpati dan kagum kepadanya. Aktifitas keseharian La Ode Wuna di Gunung Rau Pe adalah berkebun dan bertenak. Bersama masyarakat local, La Ode Wuna dapat meningatkan kesejahteraan hidup mereka. Oleh karena itu dia diperkenangkan untuk memperistri puteri raja yang bernama Warane/ Warang. Kepada pasangan suami istri itu, raja memberi mereka tanah di depan Pulau Tuban untuk perkampungan dan berkebun. Sedangkan untuk berternak mereka di beri tanah dari kampong Sela di sebelah kampng Tuban sampai Labuan Timur. Tanah pemberian raja itulah yang saat ini diklaim sebagai warisan La Ode Wuna pada anak-cucunya di Pulau Manipa khususnya yang bermarga Pelu di desa Luhu Tuban. Dalam mengurus ternaknya, La Ode Wuna kerap bolak balik dari Tuban ke Labuan bagian timur melewati sebuah bukit yang saat ini bernama Bukit Sapu Kaki. Kebiasaan La Ode Wuna lah yang melahirkan tradisi yang selalu dilakukan dikalangan anak cucunya yaitu mengibas-ngibaskan ranting kayu putih bila melewati bukit itu. Selain itu, setiap anak cucu La Ode Wuna yang melewati Bukit Sapu Kaki dari Tuban ke La Buan bagian timur dan sebaliknya harus melepaskan alas kakinya pada sebuah batu yang berdiameter sekita 2 meter pada titik awal di bukit Sapu Kaki. Bila ada yang tidak mematuhi ritual itu, maka akan mendapat suatu musibah yang dirasakan pada saat itu juga. Sebelum mendengar kisah La Ode Wuna di Kepulauan Maluku, penulis hanya mendengar dari cerita turun temurun dari masyarakat Muna bahwa ketika diasing ke Gua Oe Nggumora Air Berdo’a di Pulau Kogholifano Pulau Berlipan , La Ode Wuna meneruskan perjalanannya sampai ke Maluku. Tepat di Tanjung Sial, Pulau Sembilan, Dia terdampar dan kelapa yang sebagai tumpangannya di tanam di tepi pantai dan sampai saat ini kelapa-kelapa tersebut masih ada. Dari sanalah kemudian La Ode Wuna berketurunan dan keturunannya masih ada sampai saat ini. Dalam tradisi tutur masyarakat Muna, tidak pernah diceritakan sepak terjang La Ode Wuna di Kepulauan Maluku. Hal itu bisa terjadi karena letak geografis atara Pulau Muna dan Kepulauan Maluku yang begitu jauh. Karena tidak adanya kelanjutan dari cerita La Ode Wuna itu, maka penulis awalnya beranggapan bahwa kisah La Ode Wuna itu hanyalah sebuah mitos belaka. Kisah itu sengaja dibuat untuk menutupi fakta sebagai intrik dalam politik kekuasaan di dalam lingkungan istana Kerajaan Muna. Tapi setelah mendapatkan kisah-kisah dari Kepulauan Maluku tersebut pikiran penulis menjadi berubah dan mengakui bahwa kisah itu adalah benar adanya karena dapat di konfirmasi dari kisah dimana dia terakhir bertempat tinggal yakni di Keplauan Maluku. La Ode Wuna di Klaim Menurut Geger Riyato, Kampung Talaga, Kampung Parigi, dan Desa Malaku adalah kantung penduduk Buton di daerah ini di Pulau Seram. Kampung ini berdiri sebelum paruh pertama abad ke-20. Beberapa dari penduduk pertama ketiga permukiman ini merupakan budak perkebunan kopra yang dibebaskan. Mereka memperoleh hak kepemilikan atas lahan dari Raja Wahai, Ibu kecamatan Seram Utara, dan sebagian lainnya yang datang belakangan mendapatkan hak untuk mengelola dan membagi hasil yang didapat dari tanah tersebut dengan keluarga raja. Kendati sebagian besar orang Buton yang saat ini hidup di permukiman-permukiman tersebut merupakan kelahiran Seram Utara, mereka tak pernah benar benar bisa menanggalkan label pendatang yang melekati mereka sejak awal kedatangan ayah dan kakeknya. Asih menurut Geger Riyanto, Label ini acap mereka peroleh seiring perlakuan menistakan dari kelompok-kelompok lain. Pada beberapa kesempatan, misalnya, mereka tidak mendapatkan bantuan sosial yang disalurkan baik perusahaan maupun pemerintah. Dan satu momen klimatiknya adalah kala Seram Utara tersambar efek domino dari konflik Ambon. Pada saat itu, berkembang kasak-kusuk orang-orang Wahai merasa terancam dengan keberadaan orang-orang Buton yang tinggal di sekelilingnya. Mereka siaga apabila harus mengusir orang-orang Buton yang dianggap pendatang belaka dari tanah yang mereka kira miliknya. Dalam kesehariannya, orang-orang Buton pun acap memelihara sendiri perasaan terpinggir sebagai pendatang ini. Tentu, konteksnya sangat wajar. Pada waktu senggangnya, para warga desa acap berbagi cerita satu sama lain. Salah satu topik yang tak jarang mengemuka lantaran kental dengan drama adalah perlakuan tak mengenakkan yang dialami sanak-saudaranya maupun diri mereka sendiri di daerah lain Maluku. Dan banyak dari antaranya sangat meneror lantaran bentuk perlakuan yang mereka terima adalah ancaman pengusiran penduduk “asli” yang merasa lapangan pekerjaan dan hajat hidupnya diserobot pendantang. Untuk mengeliminir ancaman itu, maka di klaim lah La Ode Wuna yang berasal dari Muna dulu Kerajaan Muna sebagai leluhur mereka. Mitologi asal usul La Ode Wuna sebagai leluhur masyarakat Buton terus dipertgas sebagai upaya melawan perlakukan komunitas yang selama ini merasa penduduk asli. Mengklaim La Ode Wuna sebagi leluhur mereka untuk menghapus abel pendatang tersebut sangat beralasan karena bagi sebagian masyarakat Maluku Utara khususnya di Pulau Seram masih menganggap La Ode Wuna sebagai leluhur mereka juga. Mereka berhap dengan klaim itu mereka bisa mendapatkan hak yang sama dengan penduduk “ asli “ karena sebagai leluhur mereka La Ode Wuna tentu meninggalkan warisan berupa tanah yang bisa digarap oleh anak cucunya. Hal itu seperti yang di tulis oleh Geger Riyanto dalam artikelnya bahwa alasan menjadikan La Od Wuna sebagai figur mitologis yang sedemikian memantik ketertarikan orang-orang Buton Seram Utarasebagai penandasan bahwa mereka merupakan bagian dari masa lampau Pulau Seram dan karenanya, mereka merasa mempunyai tempat yang sederajat dengan orang-orang yang mengaku asli dari Seram. Kehadiran La Ode Wuna dalam Perjanjian Supamaraina, mejadi kekuatan di masa silam yang harus diperhitungkan. Perjanjian itu pun menjadi bukti yang digenggam orang-orang Buton bahwa mereka adalah bagian dari satu peristiwa masa lalu Pulau Seram. Namun ada yang mereka lupa, bahwa tokoh yang mereka klaim itu adalah seorang yang telah datang di Pulau Seram jauh sebelum awal abad ke 20 diawal kedatangan leluhur mereka. La Ode Wuna yang mereka klaim itu juga datang hanya didampingi oleh sedikit pengawal setianya serta kawin dengan penduduk local sehingga keturunan nya dengan sendirinya menjadi orang Maluku dengan mengunakan marga berdasarkan adat setempat sebagaimana yang di klaim oleh masyarakat Tuban di Pulau Manipa yang ber marga Pelu. Selain itu, La Ode Wuna yang diklaim sebagai leluhur orang Buton di Maluku itu asal usulnya secara geografis dan budaya juga berbeda. La Ode Wuna sendiri berasal dari Kerajaan Wuna/ Muna di Pulau Muna, sementara mereka berasal dari Kepulauan Tukang Besi sekarang Wakatobi dan Pulau Buton wilayah Kesultanan Buton. Berdasarkan fakta itu, maka tidak seharusnya masyarakat Buton di Kepulaun Maluku ,mengklaim La Ode Wuna sebagai leluhur mereka, sebab secara asal usul dan sejarah kedatangannya di Maluku antara La Ode Wuna dengan komunitas masyarakat Buton sangat jauh berbeda. Apalagi kalau menggunakan nama La Ode Wuna untuk mendapat hak kepemilikan atas warisan yag ditinggalkan nya berupa tanah dan hak atas adat. Hal itu selain akan mendapat penentangan dari Orang Muna yang benar-benar sebagai anak cucunya dan La Ode Wuna sendiri dan anak cucu nya di Maluku terutama yang ada di Pulau Manipa, Pulau Sembilan dan Pulau Seram. La Ode Wuna Yang Diklaim Itu Berasal Dari Muna. Kisah La Ode Wuna, baik yang berkembang di Maluku, Di Muna dan di Buton semuanya conform bahwa La Ode Wuna berasal dari Kerajaan Wuna/ Muna di Pulau Muna. Dia adalah putera Raja Muna yang diasingkan ke sebuah Gua di Pulau Kogholofano Wilayah Kerajaan Muna- sekarang Kabupaten Muna kemudian berlayar sampai di Kepulauan Maluku. Dalam tradisi tutur masyarakat Muna, ada dua versi yang mengisahkan tentang keberadaan La Ode Wuna. Satu versi, La Ode Wuna di kisahkan sebagai anak Sugi Manuru, Raja Muna ke 6, bersaudra dengan La Kilaponto, Raja Muna ke 7 yang kemudian mendirikan Kesultanan Buton sekaligus sebagaii sultan pertama. Sedangkan versi kedua dikisahkan sebagai anak dari Omputo Sangia, Raja Muna ke 14 bersaudara dengan Wa Ode Kamo moono Kamba. Namun dari kedua versi itu, baik isi cerita maupun endingnya memilki kesamaan yakni La Ode Wuna memiliki fisik setengah bagian tubuhnya dari kepala ke pinggang berwujud manusia dan setengah lainya dari pinggang ke bawah berwujud ular. Sedangkan endingnya, La Ode Wuna diasingkan ke sebuah Gua yang bernama Oe Nggumora air berdo’a di Pulau Kogholofano dan terakhir berlayar ke Maluku dan mnetap disana. Dalam versi Buton, La Ode Wuna di kisahkan sebagai anak La Kilaponto dan memiliki saudara kembar yang bernama La Manggapore. La Ode Wuna dalam versi Buton itu dikisahkan lahir dari hubungan gelap La Kilaponto dengan saudaranya sendiri yang bernama Wa Pogo. Karena hubungan cinta terlarang dua bersaudara itu, La Kolaponto dan dan Wa Pogo yang dalam keadaan hamil karena hubungan terlarang itu diusir oleh ayahnya Sugi Manuru Raja Muna ke 6. Dalam perjalanan pengasingannya itu, Wa Pogo melahirkan di sebuah tempat yang saat ini di kenal sebagai Keluruhana Lea-lea Kota Baubau dan anak yang dilahirkan kembar yang satu berwujud anusia utuh yang diberi nama La Manggapore dan yang satunya berwujud Ular dan di beri nama La Ode Wuna. Belakangan La Ode wuna di usir dari istana La Kilaponto yang saat itu telah menjadi Sultan Buton pertama Karena sering mengganggu dayang-dayang istana. Tempat dibuangnya La Ode Wuna adalah di Oe Nggumora seperti yang berkembang di Muna. Dari Oe Nggumora itu kemudian La Ode Wuna meneruskan perjalanannya hingga sampai di Pulau Seram. Sedangkan dalam Kisah La Ode Wuna di Kepulauan Maluku, baik yang ada di Pulau Manipa maupun Pulau Seram, tidak terlalu rigit mengisahkan tentang asal usulnya. Dari semua kisah di Kepulauan Mauku yang di dapat oleh penulis semua mengisahkan bahwa La Ode Wuna anak Raja Muna. Sedangkan ending dari kisah-kisah itu sebagaimana yang diulas pada prolog artikel ini. Demikianlah artikel ini yang mengngkap asal usul tokoh “ mitologi “ La Ode Wuna yang begitu popular di daerah yang jauh dari tempat ke lahirannya. Bahkan karena jauhnya sebaran pengisahaannya itu sehingga anak cucunya di daerah asalnya tidak terlalu mengenalnya apalagi sampai membanggakannya atau mengenagnya sebagai lelur mereka. Baubau, 25 Juni 2020 Muhammad Alimuddin Silakan klik unduh untuk Unduh artikel Geger Riyanto yang berjudul “ Bermain-main dengan Kebenaran Sejarah Kontestasi Kedudukan dan Produksi Sosial Narasi Awal Mula Baca juga Artikel terbaru Pagelaran Budaya Muna di Halal bi Halal Rumpun Keluarga Besar Kapitalao Loghia Maluno te Bhontuoleh la ode muhammad ramadanApril 25, 2023Sebagai upaya merajut kebersamaan dan memperkokoh silaturahmi dalam mewujudkan persatuan, rumpun keluarga besar almarhum La Ode Tao Kapitalao Loghia Maluno te Bhontu menggelar halal biLanjutkan membaca “Pagelaran Budaya Muna di Halal bi Halal Rumpun Keluarga Besar Kapitalao Loghia Maluno te Bhontu” SEJARAH DAN NASIONALISME DALAM PEMBELAJARAN SEJARAHoleh Muhammad AlimuddinApril 2, 2023ASESMEN KESADARAN SEJARAH DAN NASIONALISME DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH By humas on Wed, 01/04/2023 – 0751 Masa lampau adalah keniscayaan, masa kini kenyataan, dan masa depan adalah harapan. HalLanjutkan membaca “SEJARAH DAN NASIONALISME DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH” Kalangkari dan Bhara, Musim Tanam Masyarakat Suku Munaoleh la ode muhammad ramadanMaret 17, 2023Dahulu, masyarakat Suku Muna merupakan masyarakat agraris yang mata pencaharian utamanya berasal dari hasil-hasil pertanian dan perkebunan. Jagung, padi, umbi-umbian, kacang-kacangan, sayur mayur, dan lainnyaLanjutkan membaca “Kalangkari dan Bhara, Musim Tanam Masyarakat Suku Muna” Rencana Budidaya Ikan Nila dengan Sistem Bioflok di Makodim 1416/Munaoleh la ode muhammad ramadanDesember 3, 2022Pekan terakhir November 2022, saya mendapatkan tugas dari pimpinan untuk menjadi salah satu tim teknis kegiatan budidaya ikan nila dengan system bioflok di Markas KomandoLanjutkan membaca “Rencana Budidaya Ikan Nila dengan Sistem Bioflok di Makodim 1416/Muna” Melestarikan Alam Bersama Mahasiswa Perikanan di Tanah Munaoleh la ode muhammad ramadanNovember 11, 2022Dipenghujung Oktober 2022, saya mendapatkan amanah untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang terumbu karang kepada para mahasiswa dari sejumlah perguruan tinggi di tanah Muna. TugasLanjutkan membaca “Melestarikan Alam Bersama Mahasiswa Perikanan di Tanah Muna“ Kritik Sebaiknya Dijadikan Pelajaran untuk Perbaikanoleh la ode muhammad ramadanNovember 9, 2022Ditengah waktu senggang istrahat siang, Rabu 9/11/2022, saya sempatkan melihat-lihat perkembangan informasi dimedia sosial facebook. Ada satu status yang sedikit menarik perhatian saya. Status tersebutLanjutkan membaca “Kritik Sebaiknya Dijadikan Pelajaran untuk Perbaikan“ Sistem Pemerintahan dan Struktur Ketata Negaraan Kerajaan Munaoleh Muhammad AlimuddinAgustus 27, 2022Sistem Pemerintahan dan Struktur Ketata Negaraan Kerajaan Muna Dalam Prespektif Hukum Tata Negara Moderen Oleh Muhammad Alimuddin A. SELAYANG PANDANG SEJARAH TERBENTUKNYA KERAJAAN MUNA KerajaanLanjutkan membaca “Sistem Pemerintahan dan Struktur Ketata Negaraan Kerajaan Muna” Pada zaman dahulu, di kerajaan Muna yang dipimpin oleh seorang raja bernama Omputusangia, nama asli dari Omputusangia adalah La Ode Husaeni beliau memerintah pada tahun 1716-1757. Omputusangia memiliki seorang istri yang sudah dinikahinya selama tujuh puluh tahun. Setiap hari, Omputusangia hanya disibukkan dengan masalah-masalah kerajaan karena kerajaan adalah sebuah pusat penyimpanan semua hal-hal penting, boleh dibilang semua yang ada dalam kerajaan adalah panutan atau pedoman yang dibutuhkan dan diinginkan oleh rakyat pada suatu malam, Omputusangia duduk di tempat peristirahatannya, ia pun berpikir bahwa sudah tujuh puluh tahun menikahi istrinya namun Omputusangian belum juga mendapatkan keturunan, lelah berpikir akhirnya raja terlelap tidur karena sudah larut malam. Pagi hari, Omputusangia mendapat kabar dari pengawal kerajaan bahwa pulau Muna didatangi seorang saidagar dari Arab dengan niat untuk menyebarkan agama Islam, saudagar itu bernama Saidhi Raba. Pengawal kerajaan itu menambahkan lagi bahwa Saidhi Raba memiliki kemampuan hebat seperti sebuah kesaktian karena Saidhi Raba datang di pulau Muna lewat udara. Mendengar berita itu, Omputusangia memerintahkan pengawalnya untuk memanggil Saidhi Raba datang ke kerajaan. Pergilah pengawal kerajaan tersebut ke tempat Saidhi Raba. Setelah raja menunggu seharian di istana, pengawal yang disuruhnya tadi kembali, namun tidak bersama Saidhi Raba. Melihat wajah raja yang kelihatan marah, pengawal tersebut menjelaskan alasannya tidak membawa Saidhi Raba. Pengawal itu mengatakan bahwa Saidhi Raba tidak ingin dating ke Istana karena raja memelihara babi, dan menurut ajaran agama Saidhi Raba yakni Islam, babi adalah hewan yang kedatangan Saidhi Raba, Raja Muna rela melepas semua babinya. Disurulah kembali pengawal untuk pergi menjemput Saidhi Raba. Sore harinya, Saidhi Raba datang ke Istana dan bertanya pada Raja tentang maksud Raja memanggil dirinya. Omputusangia pun berkata bahwa ia ingin menguji kesaktian dari Saidhi Raba, hingga ia mampu menyebarkan ajaran agama Islam di Muna. Pertama-tama, Raja menguji Saidhi Raba untuk membaca isi hatinya, apabila Sidhi Raba dapat membaca apa yang diinginkan oleh Raja saat itu maka Raja akan masuk dalam ajarannya yakni Islam. Dengan kemampuan yang dimilikinya, Sidhi Raba pun mengatakan bahwa Raja ingin sekali memiliki seorang anak karena istrinya mandul. Berdoalah Saidhi Raba kepada Tuhan namun doanya belum dikabulkan. Muncul kecurigaan dari Raja bahwa Saidhi Raba tidaklah sehebat seperti apa yang dibicarakan. Saidhi Raba rupanya tidak berhenti disitu, dilanjutkannya lagi untuk berdoa yang kedua kalinya, akhirnya doa Saidhi Raba diterima. Istri Raja pun mengandung dan Raja masuk agama Islam karena senang melihat istrinya telah mengandung. Sebelum pulang, Saidhi Raba berkata pada Raja bahwa roh yang ada dalam kandungan istrinya adalah roh yang terpaksa diberikan Tuhan karena umur istri Raja Muna sudah sangat Saidhi Raba rupanya terus dipikirkan oleh Omputosangia. Tibalah waktunya untuk istri Raja melahirkan. Ternyata perkataan Saidhi Raba benar, anak yang dilahirkan oleh istri Raja Muna berbadan setengah manusia dan setengah ular. Raja pun sedih melihat kondisi anaknya namun ia harus berterima kasih karena ia telah meminta anak itu dari kesaktian Saidhi Raba. Setiap hari, apabila ada kunjungan tamu dari Bugis ataupun Minangkabau, anaknya yang diberi nama La ode Muna selalu disembunyikan dalam guci karena Raja malu dengan keadaan fisik yang dialami oleh belas tahun kemudian, La ode Muna tumbuh menjadi dewasa. Mulailah ia menggoda para gadis yang ada dalam lingkungan istana. Ia pun menyampaikan niatnya untuk memiliki seorang pacar, namun Raja tidak menhendaki dan melarangnya karena tidak mungkin La Ode Muna dapat menikahi seorang gadis bila kondisi fisiknya setengah manusia dan setengah ular. Sampai pada suatu hari, Omputosangia memutuskan untuk membuang La Ode Muna agar ia tidak mendapatkan malu dari anak jadi-jadian itu. Raja membuang La Ode Muna di Unggumora dengan bekal 44 biji telur dan 44 biji ketupat. Setelah empat puluh hari di buang di tempat itu, La Ode Muna terbang ke langit dengan badan yang menyala dan mengatakan bahwa saya telah terbang. Sampai sekarang rakyat Muna tidak mengetahui arah La Ode Muna terbang. Ada pula yang mengatakan bahwa La Ode Muna terbang ke Ternate. La Ode Muna dianggap sebagai seorang yang memiliki ilmu ataupun kemampuan. Jadi, rakyat Muna mengistimewakan La Ode Muna karena ia manusia yang berkah karena disamping memiliki kekurangan ia juga mempunyai kelebihan yakni setiap yang ia ucapkan akan menjadi WunaDhamani wawono, te liwuntomu witeno wuna nando seghonu lambu dokonae kamali be dhumaganie semie omputo nokonano Omputosangiano wuna, neano La Ode Husaeni. Omputusangia nohakui Omputorimbi padamo nokawinie salamponano fitufulu fitu taghumu. Sesegholeo, Omputosangia dowuleane be aru-aruhino okafehumpuha maitu. Norato sewakutu karondoha, Omputosangia nongkora we kamali kafewulehano tamaka Omputosangia minaho dokoana. Anoa nofikirie namedahae sodokoanagho, no wule no fikiri tandano tano lodo rampano nobalamu nomentae, Omputosangia nopoghawawo barita neneangkano welo kamali nandomu mie mengkaratono maeghono we Arabu be patudhuno mefolilino agama Islam. Neano saudagar itu Saidhi Raba. Omputosangia notudu ana buahino sobasi Saidhi Raba rampano Saidhi Raba nodhagani nepandehauno. Pada itu niontagi oraja welo kamali, ana buahino nosulimo ne kamali nadha sikalaha be Saidhi Raba nosuli moisano. Omputosangia nomara rampano mina narumato Saidhi Raba. Ana buahino itu nobisaragho rampano Saidhi Raba nanahumunda nokumala we lambuno Omputosangia rampano Omputusangia nepiara o wewi, Saidhi Raba mina nokumala rampano notimbula wewi ane welo agama Islam no Saidhi RabA, Omputosangia no relamo nofifelei wewino sumano nopoghawa be Saidhi Raba. Notudu tora ana buahino namoghawagho Saidhi Raba. Kapandano gholeo, noratomu Saidhi Raba we lambuno. Nofenagho noafa Omputosangia noniati namena fikirino Saidhi Raba, pasino nopondeimo nokomohea agama Islam se witeno wuna. Pakatandano, Omputosangia notudu Saidhi Raba sa nabasa we totono lolono. Saidhi nobisara, Omputosangia nopindalo nokoana rampano mie lambuno noghafa. Nobasamo doa Saidhi Raba nesalo nekakawasa tamak minahu notarimae, Saidhi Raba nobasa doa ferapakumo maka notarimae. Miendo lambuno Omputosangia no pangidamo be nobalamo taghino. Oputosangia nopesuamo agama Islam rampano notumpu lalono nobalamo taghimo miendo lambuno. Naho nasumuli nobisara Saidhi Raba ne Omputo, rohi welo kandungano ituokasalo-salo nekakawasa rampano umuruno mieno lambuno Saidhi Raba dhadhi fikiri Omputosangia. Noratumu wakutuno sokalentehano anano Omputo. Nokotughumu wambano Saidhi Raba. Anano nolente sebera manusia sebera ghule dokonaemu neano Adhe wuna La Ode Wuna. Omputosangia nobela lalono nowora anano, ano notarimae rampano maeghonomu wekakawasa. Sesegholeo, pedahae ane norato tamu maeghono we Bugis be Minanggkabau, anano sadhia nefebunie welo guci rampano lima taghu tewise, La Ode Wuna nobalamo. Notandamo dua nopogau be kalambe welo kamali. Adh Wuna nopindalomu dua noguma semia robine, nobisaramo ne Omputo tamaka Omputo nanamindalo ane Adhe Wuna noguma. Sampe norato segholeo, Omputo nobutuemo so Adhe Wuna noghomoroemu rampano noambanu. Omputo noghoroe Adhe Wuna we onggumora we pola, be bakuluno fatofulu fatoghonu ghunteli be fatofulu fatoghulu katupa. Fatofulughami doghoroe we onggumora, La Ode Wuna nohoro telani be norende badhano be nobisara inodi ahoromu telani. Sampe ampahiaitu, omieno liwu minamo damendahane bahi nehamai Adhe Wuna, maka nando dua nobisarana nohoro we Ternate. Meindo Wuna, dokonahae La Ode Wuna semie mandahauno kanandono. Dhadi, miendo Wuna doghondofane Adhe Wuna rampano mie barakati, rampano hamai nobesarane nokotughu. Apa yang terbesit dalam pikiranmu saat melihat atau mendengar kata "ular"? Kebanyakan adalah konsep-konsep yang jahat dan menjijikkan, bukan? Dalam berbagai agama dan mitologi, makhluk tanpa kaki dan lengan ini akrab dengan konsep kelicikan, kejahatan, dan heran kalau melihat ular, rasanya ingin kabur atau menginjaknya. Tetapi, dalam berbagai mitologi, peran ular tidak selalu jahat dan malah bisa dikaitkan dengan perlindungan dan cinta. Tidak percaya? Inilah 13 tokoh ular yang terkenal dari berbagai kepercayaan dan mitologi dunia!1. Ular di Taman Eden, lambang kelicikan, ketidaktaatan dan sang SetanHawa memakan buah pengetahuan baik dan jahat setelah ditipu ular. Alkitab, tepatnya di kitab Kejadian, Tuhan menciptakan manusia, Adam dan Hawa dan menempatkannya di Taman Eden. Dicukupi segala kebutuhannya, Tuhan hanya berpesan agar mereka tidak memakan buah pengetahuan baik dan jahat di tengah Taman Hawa dihampiri oleh seekor ular dan dibujuk untuk memakan buah tersebut agar "jadi seperti Allah". Akhirnya, Hawa termakan tipuan sang ular lalu memberikan buah tersebut untuk dimakan bersama Adam. Alhasil, "mata" mereka terbuka dan mereka pun bersembunyi dari hadapan hal tersebut, Allah mengusir manusia dari Taman Eden dan mengutuk sang ular agar melata seumur hidupnya. Dikarenakan Allah berkata bahwa keturunan Adam akan "meremukkan" kepala sang ular, dan sang ular "meremukkan" tumitnya, para ahli teologi menganggap ini adalah nubuatan pengorbanan Yesus Ular yang diusir St. Patrick di Irlandia, entah betulan atau hanya simbolismeSt. Patrick mengusir ular di Irlandia sebagai sosok orang suci yang melindungi Irlandia, Santo Patrick terkenal akan aksinya mengusir ular-ular dari negeri tersebut. Tidak heran kalau Irlandia bebas ular!Datang ke Irlandia di abad ke-5, saat itu, St. Patrick tengah berpuasa selama 40 hari di atas bukit. Namun, sekelompok ular datang menyerangnya. Dengan tongkatnya, St. Patrick dengan berani menghardik semua ular tersebut ke para ahli mengatakan kalau di masa itu, Irlandia terlalu dingin dan tidak cocok sebagai habitat ular. Jadi mengapa begitu? Kisah St. Patrick lebih terlihat seperti perumpamaan. Ular adalah simbol penyembahan berhala dan kedatangan St. Patrick mengusir segala bentuk paganisme di Irlandia!3. Jörmungandr, "anak" Loki yang melilit Bumi dan menyebabkan RagnarökThor melawan Jörmungandr. mitologi Nordik, kita dikenalkan dengan Jörmungandr, ular laut yang melilit Midgard. Faktanya, Jörmungandr adalah salah satu dari tiga keturunan Loki dan raksasa Angrboa. Saat itu, Odin membuang Jörmungandr ke samudra yang mengelilingi mati, Jörmungandr tumbuh amat besar hingga tubuhnya mengitari seluruh Midgard. Bahkan, ekornya pun menyentuh kepalanya! Salah satu tanda dari peristiwa Ragnarök adalah bangkitnya Jörmungandr dari laut dan menimbulkan kekacauan besar di petir sekaligus putra Odin, Thor, turun tangan untuk membasmi Jörmungandr. Dengan palu Mjölnir, Thor membunuh sang ular besar. Namun, baru berjalan sembilan langkah, Thor wafat juga karena racun mematikan Jörmungandr!4. Lewiatan, tanda kebesaran Tuhan lewat pewahyuan dalam Kitab AyubTuhan mengalahkan Lewiatan, Gustave Dore, 1865. adalah orang yang saleh di hadapan Tuhan. Namun, di saat tertimpa kesengsaraan, Ayub pun mempertanyakan kedaulatan Tuhan. Jadi, Tuhan pun hadir untuk "mengajari" akan kebesaranNya! Di hadapannya, Tuhan memperlihatkan dua makhluk kuda nil Behemot dan buaya Lewiatan.Dijuluki "raja dari segala binatang ganas" yang tak dapat ditaklukkan manusia, Lewiatan dicirikan mengembuskan api dari mulutnya dan tak ada satu pun senjata yang dapat menghadapinya. Namun, Tuhan mengatakan kalau Lewiatan adalah "kepunyaanNya" dan Ialah yang dapat pakar berargumen kalau Lewiatan adalah sejenis buaya purba yang besar pada zaman purba. Memang, dalam kisah ini, Lewiatan digambarkan sebagai "kebesaran Allah". Hingga saat ini, kata "Lewiatan" digunakan untuk menggambarkan makhluk laut yang Medusa dan Gorgon, mampu mengubah apa pun jadi batuMedusa dan Gorgon mitologi Yunani, Gorgon adalah monster betina yang memiliki rambut ular dan dapat mengubah apa pun jadi batu dengan tatapannya. Dari tiga Gorgon Euryale, Stheno, dan Medusa, Medusa adalah yang paling terkenal Medusa adalah seorang pelayan kuil Athena. Namun, karena diperkosa oleh Poseidon di kuil, Medusa pun dikutuk menjadi Gorgon. Saat itu pun, Medusa tengah hamil anak Poseidon. Kemudian, datanglah Perseus untuk mengambil kepala memberikan perisai perunggu agar Perseus dapat melihat bayangan Medusa, dan memenggalnya. Saat Medusa mati, muncullah kedua anaknya, raksasa berpedang emas Chrysaor dan kuda bersayap Pegasus. Kepala Medusa digunakan Perseus untuk membantunya dalam Ular Hydra di Lerna yang dikalahkan HerculesIlustrasi Hercules berhadapan dengan Hydra. kedua yang diberikan Raja Eurystheus kepada Hercules adalah membunuh ular Hydra di Lerna. Dibesarkan sendiri oleh istri Zeus, Hera, Hydra memang ditugaskan untuk membunuh Hercules. Selain napas beracun, Hydra memiliki kepala jamak. Satu kepala dipenggal, maka dua akan tumbuh!Untuk membunuh Hydra, maka Hercules memanggil sepupunya, Iolaus. Saat Hercules memenggal Hydra, maka Iolaus membakar luka tersebut sehingga kepalanya tidak tumbuh. Akhinya, Hydra pun tumbang. Dalam kesedihannya, Hera mengangkat Hydra menjadi rasi bintang. Baca Juga 8 Makhluk Mitologi Yunani Ini Berasal dari Perkawinan Silang yang Aneh 7. Yamata-no-Orochi, ular berkepala dan berekor delapan dari JepangSusanoo membunuh Yamata-no-Orochi dan menyelamatkan Kushinadahime. 八岐大蛇 adalah makhluk mitologi Jepang berupa ular berkepala dan berekor delapan. Ia terkenal sebagai naga yang dibunuh oleh Susanoo-no-Mikoto 須佐之男命 agar tidak memakan Kushinadahime 櫛名田比売.Susanoo menyediakan delapan guci berisi sake yang amat memabukkan. Setelah Yamata-no-Orochi mabuk, Susanoo pun datang dan membunuh sang ular! Dari ekor sang ular, Susanoo mendapatkan pedang Kusanagi 草薙剣 dan menghadiahkannya kepada Dewi Amaterasu-Omikami 天照大御神.8. Xiangliu, saudara Yamata-no-Orochi dari Chinapatung Yu Agung melawan ular Xiangliu geneluenyang Mirip dengan Orochi, Xiangliu 相柳 adalah monster berbentuk ular berkepala sembilan. Konon, Xiangliu membawa kehancuran dan banjir ke mana pun ia pergi. Daerah mana pun yang Xiangliu, maka daerah tersebut jadi berawa dan beracun sehingga tak layak huni. Xiangliu adalah bawahan dari Dewa Air Gonggong 共工 yang juga berbentuk ditugaskan untuk mengatasi banjir besar, Yu Agung 大禹 dikatakan membunuh Xiangliu. Namun, daerah dan mata air yang tertumpah oleh darah Xiangliu amat menyusahkan manusia. Jadi, Yu "mengunci" air ke sebuah kolam, dan di kolam tersebut, para penguasa langit mendirikan berbagai Quetzalcoatl, dewa Aztec setengah burung, setengah ular berbuluilustrasi Quetzalcoatl adalah dewa angin dan hujan budaya Mesoamerika. Selain itu, Quetzalcoatl juga dihubungkan dengan edukasi, pertanian, dan sains, serta memiliki peran vital dalam penciptaan dewa ini berarti "Ular Berbulu" karena Quetzalcoatl sendiri berbentuk setengah burung setengah ular derik! Quetzalcoatl melambangkan dualitas burung berarti dapat menyentuh langit, dan ular derik berarti dapat membumi bersama manusia dan makhluk Quetzalcoatl bekerja sama dengan Tezcatlipoca untuk menciptakan langit dan Bumi. Mereka mengalahkan monster laut raksasa Cipactli dan membagi tubuhnya menjadi bumi dan langit. 10. Mucalinda, ular yang melindungi Buddha Gautamapatung Naga Prok, Buddha Gautama dilindungi Mucalinda, di Wat Phra That Doi Suthep, Thailand kepercayaan Buddha di Thailand, Laos, dan Myanmar, Siddharta Gautama atau Buddha Gautama konon dilindungi seekor ular bernama Mucalinda มุจลินท์ saat tengah bermeditasi. Posisi ini diketahui bernama Naga Prok ปางนาคปรก.Enam minggu setelah mencapai "Pencerahan" di bawah Pohon Bodhi, konon langit berubah menjadi gelap dan badai pun menerpa bumi dan saat itu, Buddha Gautama tengah bermeditasi. Mucalinda pun muncul dari tanah dan mengitari sang Buddha untuk melindunginya dari tetesan hujan reda, Mucalinda berubah kembali jadi manusia dan memberi hormat pada sang Buddha. Lalu, ia berubah lagi jadi ular dan kembali ke kediamannya dengan Siluman ular putih, legenda cinta Tiongkok antara manusia dan ular sakti Siluman Ular Putih adalah kisah cinta China kuno antara seekor siluman ular putih betina bernama Bai Suzhen 白素貞 dan manusia bernama Xu Xian 許仙. Di dunia hiburan China, kisah ini sering kali disadur ke layar lebar dalam berbagai Suzhen jatuh cinta dengan Xu karena kebaikannya. Mereka pun menikah dan hidup bahagia. Namun, siluman kura-kura yang menjelma jadi biksu bernama Fahai 法海 benci melihatnya dan ingin Xu tahu kalau Suzhen sebenarnya adalah siluman ular. Segala usaha dilakukan, namun cinta Xu dan Suzhen tersebut dikaruniai anak bernama Xu Mengjiao 許夢蛟. Namun, Fahai menangkap Suzhen dan memenjarakannya di Pagoda Leifeng. Setelah dewasa, Mengjiao kembali menghadapi Fahai dan membebaskan Suzhen, dan keluarga itu pun hidup bahagia!12. Nehushtan, ular tembaga yang dibuat Nabi Musa untuk bangsa IsraelNabi Musa membuat Nehushtan untuk orang Israel. mengelilingi di padang gurun selama 40 tahun, bangsa Israel yang dipimpin Nabi Musa kerap bersungut-sungut kepada Tuhan. Tercatat di Kitab Bilangan, Tuhan pun tidak tahan sehingga Ia mengundang ular tedung keluar dan memagut kaum Israel hingga beberapa tewas. Jadi, bangsa Israel mendatangi Nabi Musa dan meminta kemudian berkata pada Nabi Musa untuk membuat sebuah "ular tedung" dan menempatkannya pada sebuah tiang. Siapa pun yang dipagut dan memandang "ular" tersebut, tak akan mati. Terbuat dari tembaga, "ular" ini disebut Nehushtan נחשתן‎.Akan tetapi, bangsa Israel malah menyembah Nehushtan dan membakar korban untuknya. Raja Hizkia חִזְקִיָּהוּ‎ kemudian menghancurkan Nehushtan bersama dengan penyembahan berhala Kaliya, ular berkepala empat yang diinjak Sri KrishnaKaliya Naga Mardan, saat Sri Krishna menaklukkan Kaliya di Sungai Yamuna di Bhagavata Purana भागवतपुराण, Kaliya कालिय adalah ular berkepala jamak yang pernah mendiami Sungai Yamuna, Vrindavan karena diusir oleh Garuda dari Pulau Ramanaka. Namun, adanya Kaliya membuat Sungai Yamuna beracun!Dikarenakan mengganggu pujaan hatinya Radha, Sri Krishna datang menghadapi Kaliya hingga dua kali! Terakhir kali, Sri Krishna melompat ke kepala Kaliya dan hampir membunuhnya. Namun, istri Kaliya datang dan memohon kepada Sri Krishna agar mengampuni nyawa Sri Krishna menari di atas kepala Kaliya lalu mengampuninya. Ia memperingatkan Kaliya untuk kembali ke Ramanaka dan berjanji kalau Garuda tak akan mengusirnya lagi. Hingga saat ini, peristiwa Sri Krishna berdansa di atas kepala Kaliya diabadikan dalam perayaan tahunan Nag Nathaiya नाग नथैया pada beberapa ular yang terkenal di berbagai mitologi dan kepercayaan dunia. Tidak selalu jahat, beberapa ular bahkan digambarkan sebagai perlindungan, cinta, hingga penciptaan alam semesta. Dari 13 ular di atas, mana yang kamu tahu? Baca Juga Mengagumkan, 10 Kisah Mitologi Jepang Paling Terkenal - Dalam trailer terbaru Fantastic Beast 2, muncul aktris Korea Selatan yang memerankan tokoh Nagini, makhluk mistik ular setengah manusia. Lewat unggahan Twitternya, JK Rowling sang penulis kisah fiksi Harry Potter menerangkan bahwa Nagini merupakan karakter yang tercipta dari referensi makhluk mitologi naga asal Indonesia."Naga merupakan makhluk mistik mirip ular dari mitologi Indonesia, oleh karena itu namanya Nagini. Mereka digambarkan sebagai makhluk bersayap setengah manusia, setengah ular," tulis Rowling dalam akun Twitter-nya, Rabu 26/9/2018.Lantas, seperti apakah Nagini dalam mitologi Indonesia, khususnya Jawa? Baca juga Pandangan Pakar Budaya Jawa Soal Nagini Versi Harry Potter "Dalam mitologi Jawa yang terekspresikan melalui boneka, kisah, maupun pertunjukan wayang, ada nama yang mirip dengan kata Nagini, yaitu Nagagini," ungkap Dr Darmoko, dosen Program Studi Jawa, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia kepada Jumat 28/9/2018.Darmoko menceritakan, Nagagini adalah dewi ular. Ia merupakan putri dewa ular bernama Hyang Antaboga yang mendiami bumi lapisan ke tujuh atau dikenal dengan Sapta Pratala."Di dalam kisah wayang purwa Mahabharata, Hyang Antaboga berhasil menyelamatkan para Pandawa Puntadewa, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa dalam sebuah pesta di tengah hutan dengan membuat terowongan dari Kahyangan Saptapratala sampai Balai Sigalagala dengan menyamar sebagai luwak garangan berwarna putih," kata Darmoko bercerita. "Setelah para Pandawa berada di Kahyangan Sapta Pratala, Nagagini dan Bima saling jatuh cinta, kemudian keduanya dikawinkan oleh Hyang Antaboga. Dari hasil perkawinan itu lahirlah Antareja".Dalam kisah pewayangan, Nagagini digambarkan seperti manusia biasa dengan paras cantik jelita. Hanya saja, karena ia memiliki darah keturunan ular, dalam keadaan tertentu ia dapat berubah menjadi sosok ular menyeramkan, terutama saat sedang dalam kondisi dipenuhi amarah. Ekspresi rupa wayang Nagagini dalam bentuk ular setengah manusia"Nagagini wanita ular memiliki karakter setia dan patuh kepada suami. Ia adalah dewi anak dewa nan cantik rupawan namun juga dapat berubah wujud menjadi ular jika terusik nafsu amarahnya. Perubahan wujud untuk melindungi diri dari gangguan siapa pun," terang Darmoko. Baca juga Acha Septriasa Pernah Dapat Tawaran Jadi Nagini

raja muna setengah ular